Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras, yaitu email, dentin, dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Beberapa
etiologi karies adalah: (Bakar,2011)
- Host dan gigi
- Karbohidrat : sukrosa dan glukosa, dapat difermentasikan oleh bakteri
- Bakteri : membentuk asam
- Waktu: penurunan ph dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi pada permukaan gigi
Berdasarkan jumlah
permukaan yang terlibat, karies dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Simple cavity/ kavitas sederhana (satu permukaan)
- Compound cavity/ kavitas majemuk (dua permukaan)
- Complex cavity / kavitas kompleks (lebih dari 2 permukaan)
Selain itu GV
Black mengklasifikaskan karies gigi berdasarkan lokasi permukaan karies. Klasifikasi
GV Black menjadi acuan dalam melakukan preparasi gigi yang sesuai (Bakar,2011)
Klasifikasi I :
karies yang terjadi pada fit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan
premolar serta pada pit bukal dan lingual, serta pit pada bagian lingual gigi
insisivus, begitu juga dengan karies yang terjaid pada bagian labial
Klasifaksi II:
Karies yang melibatkan bagian proksimal gigi premolar dan molar, pemeriksaan
radiograf sangat penting untuk mendeteksi karies kelas II
Klasifikasi III
: Karies yang melibatkan permukaan proksimal gigi insisivus dan kaninus
Klasifikasi IV :
Karies yang terjadi pada bagian proksimal dan telah melibatkan bagian insisal
gigi insisivus dan kaninus
Klasifikasi V :
Karies yang terjadi pada sepertiga ginggival pada permukaan fasial dan lingual
pada semua gigi
Klasifikasi VI :
Karies yang terjadi pada insisal gigi insisivus dan kaninus pada tonjol gigi
molar dan premolar dan biasanya disebabkan oleh atrisi.
Perawatan Gigi Karies:
Perawatan pada
gigi yang mengalami karies gigi akan sangat bergantug kepada jaringan yang
tersisa, permukaan yang terlibat, jenis bahan yang sesuai , serta estetika yang
diharapakan.
Prinsip-prinsip
Preparasi:(Bakar,2011)
- Outline Form (menetukan batas-batas perluasan)= Membuang semua jaringan karies dan fisur yang dalam, membuang jarinagn emaol yang tidak didukung dentin
- Resistance Form= Membentuk kavitas agar restorasi maupun giginya tidak pecah atau tahan terhadap tekanan pengunyahan
- Retention Form= membentuk kavitas agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah lepas
- Convenience Form= membentuk kavitas yang memudahkan pemasukan atau insersi atau pemasangan bahan restorasi
- Removing The Remaining of The Carious Dentin= membuang jaringan keras yang masih tersisa
- Finishing The Enamel Wall and Margin= menghaluskan dan membentuk sudut pada dinidng email
- Toilet of The Cavity= membuang semua jaringan keras yang masih tertinggal, memeriksa dan menghaluskan dinding kavitas, serta mengeringkan kavitas dengan kapas.
Macam-macam restorasi gigi
Ada 2 macam restorasi gigi, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung artinya bahan tambalan diletakkan segera ke lubang gigi yang
sudah dibersihkan dalam satu kunjungan. Termasuk di dalamnya adalah amalgam,
ionomer kaca, resin ionomer, dan resin komposit. Secara tidak langsung artinya
diperlukan dua atau lebih kunjungan. Pada kunjungan pertama, dokter gigi akan
mempersiapkan gigi yang akan direstorasi dan membuat cetakan gigi yang akan
direstorasi. Pada kunjungan berikutnya, restorasi yang sudah jadi akan
direkatkan pada lubang yang sudah disiapkan.
Bahan Restorasi
Tumpatan Secara Langsung
a.
KOMPOSIT
Komposit adalah suatu campuran dari dua material
atau lebih, masing-masing materialnya memberikan kontribusi pada sifat resin
komposit.
Struktur Resin Komposit:(Soraya,2010)
a)
Bahan utama/Matriks resin
Kebanyakan
resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan atau aliphatic
dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA),
selain itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA),
dan urethane dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang
umum digunakan dalam komposit gigi
b)
Filler
Dikenali
sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat
material. Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk
manik-manik kaca dan batang, partikel seramik seperti quartz (SiO2),
litium-aluminium silikat (Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca barium (BaO) yang
ditambahkan untuk membuat komposit menjadi radiopak.
Penambahan
partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit: Lebih sedikit jumlah
resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi
c)
Coupling agent
Komponen
penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan pada saat
ini adalah coupling agent. Coupling agent memperkuat ikatan
antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis dengan
keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada
partikel filler yang lebih kaku.
d)
Bahan penghambat polimerisasi
Merupakan
penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer dimethacrylate dapat
berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor).
Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone, tetapi bahan yang
sering digunakan pada saat ini adalah monometyhl ether hydroquinone.
e)
Penyerap ultraviolet (UV)
Ini
bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi. Camphorquinone
dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV.
f)
Opacifiers
Tujuan
bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit
terlihat di dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium
dioksida dan aluminium dioksida.
g)
Pigmen warna
Bertujuan
agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang biasa
dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan
lain-lain. Ferric oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium
black memberikan warna kehitaman dan mercuric sulfide memberikan
warna merah
Sifat-sifat
resin komposit:
adaptasi
tepi baik, resistensi terhadap abrasi baik, ekspansi termal rendah, pengkerutan
selama polimerisasi, perlekatan secara mikromekanis, tidak menggunakan fluor (untuk
beberapa kasus dengan high risk caries maka dengan menggunakan resin komposit
kombinasi SIK berupa kompomer ataupun IKMR).
Menurut
Jurnal e-Gigi (2013), Untuk mendeteksi terjadinya kebocoran tepi tumpatan pada
restorasi resin komposit maka harus dilakukan pemeriksaan klinis pada rongga
mulut dengan cara pengamatan dan tes sensitivitas dengan menggunakan sonde. Bila
telah terjadi kebocoran tepipadatumpatan maka dampak pada gigi akan terlihat,
yaitu telah terjadi karies sekuder, marginal stain, dan diskolorisasi gigi. Penyebab
terjadinya kebocoran tepi tumpatan resin komposit adalah kegagalan adaptasi
restorasi terhadap dinding kavitas akibat perbedaan koefisien thermal
ekspansiresin komposit, dentin dan enamel, serta kesulitan karena adanya
kelembapan mikroflora yang ada karena lingkungan mulut yang bersifat asam.
Kebocoran tepiakan semakin membesar bila tidak ada sisa email yang mendukung.
Macam-macam resin komposit:(Bakar,2011)
1.
Komposit Fowable
Karakteristiknya
merupakan komposit dengan viskositas rendah, perlu aktivasi sinar, terutama
untuk lesi servikal, restorasi untuk gigi decidui, restorasi kecil dan bebas tekanan pengunyahan, dimethacrylate resin dan
bahan pengisi anorganik dengan ukuran 0.4-3µm. Volume bahan pengisi 42-53%, mempunyai
modulus elastisitas rendah, pengkerutan polimerisasi tinggi karena bahan
pengisi sedikit dan aplikasinya langsung dari syringekarena mempunyai
viskositas rendah
2.
Komposit Packable
Diindikasikan:
kavitas kelas I,II,DAN IV (Mesial Oklusal Distal), perlu aktivasi sinar dan dimethacrylate resin dan bahan pengisi (volume
66-70%)
Perbandingan komposit dengan tipe bahan restorasi tumpatan
yang lain dapat dilihat sebagai berikut:
Tipe/bahan
|
penggunaan
|
All-purpose composite
|
Kelas I,II,II,IV,V, dan pasien dengan
resiko karies rendah
|
Microfilled composite
|
Kelas III,IV
|
Nanofilled composite
|
Kelas I,II,II,IV,V
|
Packable composite
|
Kelas I,II,IV (Mesial,Oklusal,Distak =
MOD)
|
Flowable composite
|
Lesi servikasl, restorasi gigi
decidui, kavitas kecil, tekanan kuyah rendah
|
Komposit dibuat di lab
|
Kelas II, 3 unit bridge (dengan fiber
reinforce), veneer modifikasi logam
|
Kompomer
|
Lesi servikal, kelas III,V,gigi
decidui, kelas I,II, pada anak-anak, teknik sandwich (kelas II), pada pasien
dengan resiko karies sedang
|
Hybrid ionomer
|
Lesi servikal, kelas III,gigi decidui,
kelas I pada anak-anak, teknik sandwich (kelas II), pada pasien dengan resiko
karies tinggi
|
Glass ionomer
|
Lesi servikal,restorasi V pada orang
dewasa, pada pasien dengan resiko karies tinggi
|
Keuntungan
menggunakan resin komposit yaitu: lebih estetis, mempertahankan struktur gigi (conservative
approach), berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup margin
restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi dan radiopak, mengevaluasi kontur,
marginal adaptasi dan membedakan antara restorasi, lesi karies dan struktur
gigi sehat.
Kerugian
menggunakan resin komposit yaitu: terjadi pengkerutan saat polimerisasi, terjadi
lesi karies sekunder dan dmengabsorpsi air (hydrolytic breakdown)
Cara aplikasi
komposit (dengan bonding generasi 5):(Bakar,2011)
- Isolasi daerah kerja menggunakna cotton roll, sebelumnya kavitas telah dibersihkan dan dikeringkan
- Aplikasi cavity clenser sebelum (untuk menghilangkan smear layer dan melindungi tubulus dentalis) dan setelah pengetsaan (mensterilkan daerah kerja dan membuat daerah kerja tetap moist)
- Aplikasi pengetsaan dengan mikribrush atau paper point dari email ke dentin, menggunakan asam fosfat 30% hingga email terlihat pucat atau memutih (15 detik), kemudian cuci bersih dan keringkan dengan semprotan udara hingga moist tidak terlalu kering
- Dilakukan pemasangan Matrix Band (pada kelas II), atau seluloid strip pada kelas III dan IV
- Genangi bonding selama 10 detik, hingga bahan bonding masuk/mengalir ke mokropit dan mikroporositas, kemudian angin-angin dengan semprotan udara. Lalu sinar selama 20 detik mengguankan LC
- Aplikasikan komposit selapis demi selapis menggunakan plastis instrumen dan jangan lupa melakukan kondensasi (pemadatan) dengan kondensor. Lalu sinari selama 20 detik
- Lakukan finishing untuk menghaluskan sisi yang masih kasar dengan menggunakan finishing bur (gelang kuning), bagian proksimal (pada kelas II,III,IV,menggunakan finishing strip), lalu lakukan cek oklusi dengan artikulating paper bila masih terdapat traumatik maka bagian tersebut dikurangi
- Polishing dengan menggunakan finishing strip hingga terbentuk baguan proximal dan menggunakan enhance
b.
GLASS IONOMER
CEMENT
Komposisi
glass ionomer cement adalah serbuk (calcium
fluoroaluminosilicate glass) dan cairan
(poly (alkenioid acid) liquid).
Glass ionomer cement memiliki beberapa keunggulan
antara lain: dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan pula
dengan email dan dentin, dapat melepaskan fluoride, memiliki stabilitas dimensi
tinggi, serta mempunyai sifat biokompatibilitas (Bakar,2011).
Indikasi
glas ionome cement adalah:
-
Restorasi pada
lesi erosi/ abrasi tanpa preparasi kavitas
-
Penutupan/penumpatan
pit dan fisura oklusal
-
Restorasi gigi
decidui
-
Restorasi lesi
karies kelas V
-
Restorasi lasi
karies kelas III, diutamakan yang pembukaan nya dari lingual atau palatinal
belum melibatkan bagian labial
Glass
ionomer cement memiliki beberapa tipe yakni:
Tipe
1: luting Tipe
6 : core build up
Tipe
2 : restorasi Tipe
7 : fluoride release
Tipe
3 : lining/base Tipe
8 : ART
Tipe
4 : fissure sealant tipe
9 : Decidui restoration
Tipe 5 :
orthodontic cement
Waktu proses manipulasi glass ionomer
cement tergantung dengan tipe glasionomer yang digunakan , berikut ini
waktu0waktu yang dibutuhkan dari mixing time, working time serta setting time
dari masing-masing bahan glass ionomer:
Tipe
|
Mixing time
|
Working time
|
Setting time
|
Luting dan
lining
|
20 detik
|
2 menit
|
4 menit 30
detik
|
Restorasi
|
25-30 detik
|
2 menit
|
2 menit 20
detik
|
Restorasi posterio
|
25-30 detik
|
2 menit
|
2 menit 20
detik
|
Tatalaksana restorasi glass ionomer cement pada gigi
yang engalami karies adalah sebagai berikut:
1.
Preparasi gigi
yang mengalami karies
2.
Aplikasikan dentin
conditioning dengan cairan glass ionomer yang diencerkan, aplikasikan pada
kavitas selama 10=15 detik
3.
Bersihakan kavitas
dan keringkan
4.
Manipulasi glass
ionomer
5.
Aplikasikan ke
dalam tumpatan dengan mengguankan plastis instrumen
6.
Oleskan varnish
di atas tumpatan, biarkan 1-2 menit
Menurut
International journal of dental clinics 2011 dengan judul clinician’s choices of restorative materials
for children in abha city, saudi arabia,
"restoration of carious primary teeth is
extremely important and significant not only for the healthy development and
psychic state of the child but also for normal development of permanent
teeth. the study concluded that g.i.c
was the material of choice for restoration of teeth in children followed by
composite and amalgam", maka dapat disimpulkan bahwa glass ionomer cement merupakan bahan pilihan untuk restorasi gigi anak-anak.glass ionomer cement
c.
AMALGAM
Amalgam
merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya
adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan kombinasi
atau campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan
lainnya. Dental amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui
suatu proses yang disebut amalgamasi. Ketika
powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang
menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna
perak abu – abu.
Komposisi
dan fungsi unsur – unsur dental amalgam (Soraya,2010):
Komposisi
bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga, merkuri,
platinum, dan seng. Unsur – unsur kandungan bahan restorasi amalgam tersebut
memiliki fungsinya masing – masing, dimana sebagian diantaranya akan saling
mengatasi kelemahan yang ditimbulkan logam lain, jika logam tersebut
dikombinasikan
dengan perbandingan yang tepat.
Fungsi
unsur – unsur kandungan bahan restorasi terdiri atas :
1. Silver
berfungsi untuk memutihkan alloy, menurunkan creep, meningkatkan strength, meningkatkan
setting ekspansion dan meningkatkan
resistensi terhadap tarnis
2. Tin
berfungsi mengurangi strength dan hardness, mengendalikan reaksi
antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan terlalu cepat terjadi dan
setting ekspansi tidak dapat ditoleransi, meningkatkan kontraksi, mengurangi
resistensi terhadap tarnis dan korosi
3. Copper
berfungsi meningkatkan ekspansi saat pengerasan dan meningkatkan strength dan
hardness
4. Zinc dapat
menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila campuran amalgam terkontaminasi oleh cairan selama
proses pemanipulasiannya. Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi
pengerasan dan sifat – sifat amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer
selama proses pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur –
unsur penting seperti silver, copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc
akan menjadi lebih rapuh, sedangkan amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc
akan menjadi kurang palstis.
5. Merkuri dalam
beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%) ditambahkan kedalam alloy.
Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat
menghasilkan reaksi yang lebih cepat.
6.
Palladium berfungsi mengeraskan
alloy dan memutihkan alloy
7. Platinum berfungsi mengeraskan alloy dan
meningkatkan resistensi terhadap korosi
Klasifikasi
Dental Amalgam
Amalgam dapat diklasifikasikan atas
beberapa jenis yaitu (Soraya,2010):
1. Berdasarkan jumlah metal alloy,
yaitu:
a. Alloy binary, contohnya :
silver-tin
b. Alloy tertinary, contohnya :
silver-tin-copper
c. Alloy quartenary, contohnya :
silver-tin-copper-indium
2. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:
a. Microcut, dengan ukuran 10 – 30
μm.
b. Macrocut, dengan ukuran lebih
besar dari 30 μm.
3. Berdasarkan bentuk partikel alloy,
yaitu
a. Alloy lathe-cut
Alloy ini memiliki
bentuk yang tidak teratur,
b. Alloy spherical
Alloy spherical
dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy diatomisasi menjadi
tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy ini tidak berbentuk bulat
sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada teknik atomisasi
dan pemadatan yang digunakan
c. Alloy spheroidal
Alloy spheroidal juga
dibentuk melaui proses atomisasi.
4. Berdasarkan kandungan tembaga
Kandungan tembaga pada amalgam
berguna untuk meningkatkan kekuatan (strength), kekerasan (hardness), dan
ekspansi saat pengerasan. Pembagian amalgam berdasarkan kandungan tembaga
yaitu:
a. Alloy rendah copper (low copper
alloy)
Low copper alloy ini mengandung
silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%), zinc (0-1%).
b. Alloy tinggi copper (high copper
alloy)
High copper alloy mengandung silver
(40-70%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-1%).
Alloy ini dapat
diklasifikasikan sebagai:
a) Admixed/dispersi/blended
alloys
Alloy ini merupakan
campuran spherical alloy dengan lathe-cut alloy dengan komposisi yang berbeda
yaitu high copper spherical alloy dengan low copper lathe-cut alloy. Komposisi
seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper (13%), zinc (1%).
b) Single composisition
atau unicomposition alloys
Tiap partikel dari
alloy ini memiliki komposisi yang sama. Komposisi seluruhnya terdiri atas
silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-4%).
5. Berdasarkan kandungan zinc1
a. Alloy mengandung seng:
mengandung lebih dari 0.01% zinc.
b. Alloy bebas seng: mengandung
kurang dari 0.01% zinc.
Pemakaian Dental Amalgam
Beberapa
kegunaan bahan restorasi dental amalgam adalah sebagai berikut :
- Sebagai bahan
restorasi permanen pada kavitas klas I, klas II, dan klas V dimana faktor
estetis bukanlah suatu hal yang penting.
- Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk
menempatkan mahkota.
- Dipergunakan
dalam pembuatan die.
- Sebagai bahan
pengisian saluran akar retrograde.
- Dilihat dari
segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup baik pada
jaringan di rongga mulut terutama email dari gigi tersebut.
Bahan Restorasi
Tumpatan Secara Langsung
Bahan
restorasi seperti ini memerlukan 2 atau lebih kunjungan, bentuknya bisa berupa
crown (mahkota tiruan), jembatan, inlay atau onlay. Crown meliputi seluruh
permukaan gigi yang tampak di rongga mulut, sedangkan inlay bentuknya lebih
kecil dan melekat mengikuti bentuk gigi. Onlay mirip dengan inlay, tapi lebih
besar, meliputi sebagian atau seluruh permukaan kunyah gigi. Sedangkan yang di
maksud dengan jembatan di sini adalah restorasi yang menggantikan satu atau
lebih gigi yang sudah hilang, serta meliputi gigi-gigi di sebelahnya yang
digunakan sebagai penyangga (Soraya,2010).
a.
PORSELEN
Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau veneer, Veneer adalah
lapisan porselan sangat tipis yang ditempatkan pada gigi menggantikan email.
Biasanya digunakan untuk memperbaiki penampilan gigi yang berwarna kurang baik.
Bahan porselen sangat baik secara estetika karena warnanya yang sangat mirip
dengan warna gigi. Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah bila diletakkan
dengan tekanan atau bila terbentur. Kekuatannya tergantung pada ketebalan
porselen dan kemampuannya melekat pada gigi. Setelah melekat pada gigi,
porselen sangat kuat, tapi akan mengikis gigi antagonisnya bila permukaannya
kasar.
b.
LOGAM BERLAPIS
PORSELEN
Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena kombinasinya
dengan kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau
jembatan.
Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi restorasi
jenis ini. Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas
atau dingin di awal penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi
terhadap beberapa jenis logam yang digunakan dalam restorasi.
c.
ALLOY EMAS
Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama digunakan
untuk crown, inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang
besar sehingga sulit pecah maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi untuk
mengambil sesedikit mungkin struktur gigi yang akan direstorasi. Alloy ini
tidak merusak gigi antagonis dan tidak pernah memunculkan reaksi alergi. Namun,
warnanya tidak bagus karena tidak seperti warna gigi.
d.
ALLOY LOGAM
Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown, jembatan atau
rangka gigi palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak mudah patah
atau terkikis. Beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap bahan ini, dan
merasa tidak nyaman terhadap panas dan dingin di awal penggunaan. Warnanya pun
tidak baik karena tidak seperti warna gigi.
e.
CROWN, INLAI
ATAU ONLAI DARI KOMPOSIT
Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi. Bahan
yang digunakan sama dengan yang digunakan sebagai bahan tambalan. Keunggulannya
dibanding porselen adalah tidak menyebabkan terkikisnya gigi lawan. Selain itu
restorasi ini mudah pecah dan berubah warna.
ONLEI dan INLEI
a.
Inlei
Tumpatan intrakoronal yang dibentuk di luar mulut dengan cara membuat model
malam terlebih dahulu, kemudian dibuat dari logan atau bukan logam (porselin/akrilik)
dan disemenkan pada kavitas yang telah dipreparasi. Indikasi inlei adalah
karies luas tidak mungkin direstorasi amalgam kavitas kurang dari 1/3-1/2 antar
tonjol gigi, resistensi tonjol gigi yang ada masih kuat.
b.
Onlei
Restorasi tumpatan tuang yang tersiri dari sebagian intra koronal dan
sebagian ekstra koronal dengan tujuan untuk melindungi tonjol gigi. Indikasi onlei
adalah lebar kavitas lebih dari 1/3-1/2 jarak antar tonjol gigi dan perlindungan
tonjol diperlukan. Ratio panjang oklusoginggival : lebar tonjol palato/
linguobukal 1:1 tetapi tidak mencapai 2:1 perlindungan tonjol dipertimbangkan. Ratio
panjang oklusoginggival : lebar tonjol lingual bukal lebih dari 2:1 perlindunan
tonjol diharuskan (Bakar,2011).
Sedangkan tahapan pembuatan inlei dan onlei adalah sebagai berikut;
1.
Preparasi
Pada tahap ini dilakukan preparasi sesuai bahan dan
pembuatan yang dilakukan. Untuk inlei/onlei emas dan logam menggunakan bevel
chamfer, sedangkan untuk inlei/onlei porselein dan komposit bevel selain
chamfer
2.
Pencetakan
Ada dua macam pencetakan, yaitu direct dan indirect.
Untuk yang direct dilakukan dengan menggunakan malam yang dipanaskan (kavivtas
diolesi vaselin atau varnish terlebih dahulu) atau menggunakan self cure
acrylic. Untuk yang indirect, dengan menggunakan bahan cetak double impression.
Untuk direct composit tidak perlu dilaukan pencetakan. Karena onlei atau inlei
langsung dibuat di dalam mulut, dengan cara sebelum komposit di manipulasi
manjadi inlei/onlei, gigi diolesi varnish /caseline terlebih dahulu.
3.
Tumpatan sementara
Lebih baik menggunakan seng okside eungenol. Pada
pembuatan direct composit tidak dilakukan tahap ini.
4.
Sementasi
Sebelum dilakukan sementasi,dilakukan try in terlebih
dahulu. Kemudian dilakukan sementasi bisa mengguanakn semen polikarboksilat dan
semen seng fosfat untuk bahan emas, logam dan SIK tipe 1 untuk porcelain dan
resin komposit. Bevel dibuat untuk mendapatkan kekuatan tepi, melindungi prisma
email, dan mendapatkan hubungan tepi yang baik. Ada beberapa macam bevel yang
dapat dibuat saat melakukan preparasi inlei ataupun onlei yaitu:
a.
Slight bevel: pengurangan sedikit pada email biasanya untuk restorasi resin
komposit
b.
Short bevel: pada email sudut 45 derajat untuk inlei logam
c.
Long bevel: sampai dentinoenamel junction sudut kurang dari 45 derajat untuk
inlei logam
d.
Full bevel: sampai dentin pada dasar kavitas untuk inlei akrilik dan
porselin
Selain material
restorasi dikenal juga material bioaktif (bioactive material), yaitu material
yang mampu menstimulasi respon biologis spesifik pada titik kontak (interface)
antara permukaan material dengan jaringan hidup dan atau cairan tubuh. Rekonstruksi
dan perbaikan jaringan yang mengalami kerusakan atau kehilangan sebagian strukturnya
telah melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti bidang teknik, farmasi, kimia,
biologi, ilmu material, fisika, matematika, sehingga melahirkan terminologi
baru yaitu bioengineering. Jenis material yang digunakan untuk tujuan
tersebut didefinisikan sebagai biomaterial (Jurnal Teknosains,2013).
Daftar Pustaka:
Bakar, Abu.2011.Kedokteran Gigi Klinis,edisi 2.Yogyakarta:Penerbit
Quantum Sinergis Media
Mukuan, Theo, Dinar, Wicaksono.2013. Gambaran Kebocoran Tepi Tumpatan
Pasca Restorasi Resin Komposit Pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi
Angkatan 2005-2007. 116 Jurnal E-Gigi (Eg),
Volume
1, Nomor 2, September 2013, Hlm. 115-120
Kusuma,Dedy.2014.Resensi
Biomaterial Untuk Restorasi Fungsi Dan Estetika. Jurnal teknosains.Vol.4,No.1,22
Desember 2014.
Rafi.A.Togoo,Zakirulla,Yasin,Mohammad.S.Al-Shaya,Nausheen.S.Khan.2013.
Clinician’s Choices Of Restorative Materials For Children In Abha City, Saudi
Arabia. International
Journal Of Dental Clinics. Volume 3 Issue 3 July - September
2011:8-10.ISSN 0975-8437
Soraya.2010. Resin
Komposit Sebagai Bahan Tambalan. Medan: Universitas Sumatera Utara
2 komentar:
Aduh seneng bgt jd keinget lg teori di kelas malum sdh 2dasawarsa, diktat sy sdh entah dmn..thks yg buat penulis, sukses.mksh sharingnya...
Refreshing ilmu dasar Ked.gigi jaman dulu..jadi ingat kuliah.di UGM..
Posting Komentar